Menjaga Musuh Alami dengan Plant Banker
Pengendalian hama yang
dilakukan petani dewasa ini, selalu berfokus pada penggunaan pestisida kimia
sintetik. Metode pengendalian ini dipilih karena praktis serta memberikan
dampak secara langsung. Akan tetapi, kepraktisan pestisida kimia memerlukan
“tumbal”, pestisida kimia sangat beracun bagi lingkungan dan kesehatan.
Pestisida dapat menjadi racun bagi sejumlah organisme lain termasuk burung,
ikan, serangga yang menguntungkan, dan tanaman bukan sasaran[1]
serta pestisida dikaitkan dengan berbagai macam penyakit, seperti
hipersensitivitas, kanker, asma, dan gangguan hormonal[2].
Berbagai macam penelitian dan percobaan dilakukan demi
menemukan “pengganti” pestisida kimia sintetik untuk mengendalikan hama. Usaha
yang dilakukan membuah hasil berupa pengendalian hayati. Pengendalian hayati
adalah pengendalian OPT seperti hama menggunakan makhluk hidup, dalam kasus ini
menggunakan musuh alami hama. Penggunaan musuh alami dipandang jauh lebih aman
dibandingkan dengan pestisida kimia sintetik.
Gambar 1. Kumbang Koksi - Ron van den Berg |
Penggunaan musuh alami menunjukkan keberhasilan dalam
pengendalian hama, tetapi timbul masalah yaitu musuh alami yang diandalkan
pergi dari lahan pertanian. Kepergian musuh alami ini diakibatkan karena tidak
adanya lagi hama atau makanan bagi musuh alami sehingga musuh alami pergi untuk
mencari makan di lahan lain. Kepergian musuh alami ini memberikan kerugian yang
besar, karena dengan kepergian nya tersebut lahan pertanian tidak dijaga lain
dan hama dapat datang dan merusak kapan saja.
Plant
banker adalah sebuah metode yang digunakan untuk menahan kepergian musuh alami
dari lahan pertanian. Secara definisi, plant banker adalah adalah tanaman
non-target yang menyediakan makanan alternatif (seperti serbuk sari) dan/atau
mangsa untuk pemeliharaan dan pelepasan kontrol biologis[3]. Secara
sederhana, plant banker ini menerapkan konsep jaring-jaring makanan, dimana
dinamika populasi serangga pada ekosistem tidak hanya tergantung pada interaksi
secara langsung, tetapi juga interaksi tidak langsung antar spesies. Sebagai
penggambaran, manusia terutama di Indonesia memiliki makanan utama berupa beras
atau nasi, dan ketika nasi menjadi susah untuk didapatkan maka manusia tersebut
akan mencari alternatif lain dengan tujuan agar tidak terjadi kematian dan
tetap bertahan hidup.
Konsep
kerja nya adalah memberikan makanan alternatif pada musuh alami ketika makanan
target nya sedang tidak ada. Ilustrasi ini menggambarkan bagaimana konsep kerja
plant banker (Gambar 2)[4].
Gambar 2. Ilustrasi Interaksi - Wang dkk |
Jadi, tanaman utama yang dibudidayakan adalah Capsicum
annuum (Cabai Merah) dan hama utama nya adalah Myzus persicae (Kutu
Daun Persik). Musuh alami berupa Harmonia axyridis (Kumbang Koksi) yang
memang disiapkan oleh petani untuk mengatasi hama kutu daun persik. Singkat
cerita, si kumbang koksi berhasil mengendalikan hama kutu daun persik atau
setidaknya menekan hingga di bawah ambang ekonomi. Kumbang koksi yang merasa
sumber makanan nya menjadi lebih sedikit kemudian memutuskan untuk pergi dari
lahan cabai merah tersebut.
Disinilah pelan plant banker, demi mencegah perginya musuh alami tersebut maka petani menanam plant banker berupa Vicia faba (Kacang Babi). Tanaman kacang babi ini merupakan inang dari Megoura japonica. M. japonica ini merupakan makanan dari kumbang koksi tetapi hama ini bukanlah hama dari tanaman cabai merah sehingga keberadaan hama ini tidak mengganggu pertumbuhan tanaman cabai merah. Dengan konsep ini, keberadaan kumbang koksi pada lahan tersebut tetap eksis.
Ditulis oleh : Mirza
Saputra
Posting Komentar