Basmi Penyakit Jeruk dengan Menanam Bunga

Secara umum jeruk adalah komoditas buah-buahan yang penting di Indonesia, dalam bentuk segar maupun olahan nya. Selain berjaya di dalam negeri, komoditas jeruk juga merupakan komoditas pertanian dunia yang memiliki peranan penting dalam lingkaran pasar internasional. Atas posisi nya sebagai komoditas penting, stakeholder berbagai lapisan seperti masyarakat, akademisi, dan pemerintah mengerahkan berbagai upaya agar produksi jeruk tetap sesuaipada jalur nya.

Pohon Jeruk - Tim Mossholder

Meskipun telah diupayakan dengan baik, tidak menutup kemungkinan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jaruk. Salah satu faktor yang mengakibatkan produksi jeruk menurun adalah penyakit. Penyakit tanaman merupakan faktor yang telah di prediksi akan terjadi, karena hal itu petani umum nya telah mempersiapkan cara untuk mengatasi nya. Tindakan yang paling umum dilakukan menggunakan pestisida kimia sintetik. Akan tetapi, penggunaan pestisda secara terus-menerus menyebabkan pencemaran ekosistem dan secara tidak langsung akan berdampak terhadap tanaman jeruk. Alterntif pengendalian penyakit yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pengendalian biologis.

Citrus vein phloem degeneration (CVPD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Candidatus liberibacter. Penyakit CVPD termasuk penyakit penting pada tanaman jeruk, dengan kemampuan dapat menyebabkan penurunan produksi jeruk mencapai 60 – 95 % [1]. Karena terkenal nya penyakit CVPD, penyakit ini memiliki banyak versi nama seperti Huanglongbing (HLB) yang berarti penyakit naga kuning, citrus greening disease, yellow shoot disease, leaf mottle yellows (Filipina), libukin (Taiwan), dan citrus dieback (India).

Gejala CVPD - Citrus Alert

Untuk mengendalikan sebuah penyakit maupun hama, kita perlu mengetahui bagaimana siklus hidup dan perilaku mereka, karena mengetahui siklus hidup dapat membantu kita menemukan fase hidup terlemah dari penyakit atau hama. Pada kasus ini adalah penyakit yang disebabkan bakteri patogen, maka salah satu siklus hidup dan perilaku yang utama dilihat adalah bagaimana bakteri ini dapat menyebar.

Bakteri Candidatus liberaibacter mampu menyebar karena “menumpang” pada hama Diaphorina citri atau biasa dikenal dengan kutu loncat yang merupakan vektor dari bakteri Candidatus liberaibacter[2]. Memilih mengendalikan vektor ketimbang bakteri nya adalah cara termudah untuk mencegah terjadi nya penyakit CVPD, secara logika lebih mudah mengendalikan vektor “yang terlihat” atau bakteri “yang tidak terlihat” ?. Selain itu juga, hubungan antara vektor dan patogen sangat lah spefisik[3] sehingga mengendalikan vektor sama saja dengan mengendalikan patogen.

Diaphorina citri (Kutu Loncat) - EPPO Global Database

Pengendalian vektor ini bersifat mutlak dan harus dilakukan, karena vektor ini memiliki sifat persisten yaitu bakteri akan ikut dalam metabolisme vektor sehingga vektor dapat menyebarkan bakteri patogen ini selama masa hidup mereka[4]. mudah nya, setiap ada vektor ini dapat dipastikan membawa bakteri patogen Candidatus liberaibacter.

Ketakutan petani akan penyakit CVPD ini pun tidak mengada-ngada, selain menyebabkan kerugian yang besar, penyakit ini disebabkan oleh patogen yang mana tidak terlihat oleh mata, dan vektor secara pasti akan menyebarkan patogen ke seluruh tanaman jeruk. Ketakutan ini pun menyebabkan petani dengan segera ingin memusnahkan penyakit ini dengan mematikan tanaman atau dengan penggunaan pestisida sintetik.

Sebelum disebutkan bahwa pengendalian CVPD ini dilakukan dengan pengendalikan hama kutu loncat, maka kita juga perlu melakukan riset mengenai siklus hidup hama ini agar pengendalian yang kita lakukan berhasil. Kutu loncat memiliki 3 fase yaitu telur, nimfa, serta imago dan fase yang paling masuk akal untuk dikendalikan adalah fase nimfa dan telur, karena kedua fase tersebut tidak memiliki mobilitas yang tingggi sehingga memudahkan pengendalian. Tidak memiliih fase imago karena mobilitas nya yang tinggi sehingga menyusahkan pengendalian.

Siklus hidup Kutu Loncat - ResearchGate

Pada kasus ini, akan fokus pengendalian kutu loncat fase nimfa dan untuk pengendalian kutu loncat fase telur akan dibahas selanjut nya. Pengendalian biologis yang dapat dilakukan untuk mengendaliakan nimfa kutu loncat adalah dengan musuh alami/predator, berupa lalat bunga (hoverflies) atau Syrphidae. Fase lalat bunga yang digunakan sebagai predator adalah fase larva atau maggot, karena imago lalat bunga hanya berperan sebagai polinator dan tidak memiliki kemampuan membunuh serta fase telur lalat bunga tidak dapat digunakan sebagai predator. Oleh karena itu larva lalat bunga digunakan sebagai predator nimfa kutu loncat.

Siklus Hidup Lalat Bunga - Nature and Farming

Kemampuan larva lalat bunga dalam memangsa nimfa kutu loncat sangat luar biasa. larva lalat bunga ini dalam waktu 48 jam mampu memangsa 100 nimfa kutu loncat. Hal ini dapat menjadi bukti, bahwa larva lalat bunga mampu mengendalikan hama kutu loncat

Seperti hal nya kutu tanaman pada umumnya, mereka memiliki “Body Guard” berupa semut yang melindungi kutu dari predator. Semut melindungi kutu dan kutu membayar semut dengan “honeydew”, adalah sebuah kotoran yang dikeluarkan kutu mengandung cairan gula yang disukai semut.

Semut dan Nimfa Kutu Loncat - UN UCR

Semut bekerja sangat apik, menjaga nimfa kutu loncat dengan baik. Akan tetapi, nimfa lalat bunga memiliki kemampuan untuk mengalahkan semut. Larva lalat bunga memiliki sifat defensif terhadap semut[5], larva lalat bunga akan menyuntikkan bisa kepada semut sehingga semut mati.

Tapi bagaimana cara mendatangkan larva lalat bunga ? yaitu dengan menanam bunga alyssum (Lobularia maritima). Bunga ini bertindak sebagai sumber makanan dari lalat bunga. Jadi, bunga alyssum akan memberikan makanan kepada lalat bunga, dan ketika lalat bunga akan bertelur maka mama lalat bunga akan mencari tempat yang paling pas untuk anak nya, dari sisi sumber makanan dan ekologi nya maka di pilihlah pohon jeruk sebagai tempat bertelur nya lalat bunga. Kemudian telur lalat bunga menetas dan menjadi larva lalat bunga yang siap membunuh nimfa kutu loncat.

Bunga Alyssum - Gardeners World

Jadi, inti dari mengendalikan penyakit CVPD adalah dengan menanam bunga alyssum. CVPD disebabkan oleh bakteri Candidatus liberaibacter dan bakteri ini disebarkan oleh nimfa kutu loncat, kemudian nimfa kutu loncat ini dapat dikedalikan dengan larva lalat bunga dan untuk menarik lalat bunga mendekat maka perlu menanam bunga alyssum.

Bunga alyssum bisa dibeli disini

Ditulis Oleh : Mirza Saputra

Sumber : [1] [2] [3] [4] [5]

DotyCat - Teaching is Our Passion