Mengenal Agensi Hayati sebagai Pengendali OPT

            Organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama dan penyakit memberikan hambatan dalam proses bertani, karena mampu memberikan kerugian bagi petani. Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi masalah hama dan penyakit, mulai dari mengubah cara menanam, memakai varietas tanaman yang tahan hama atau penyakit, dan cara yang paling sering digunakan adalah menggunakan pestisida terutama pestisida kimia atau buatan.

            Banyak nya penggunaan pestisida kimia karena memberikan dampak secara langsung dan mudah digunakan. Akan tetapi, kemudahan pestisida kimia tersebut menyimpan bahaya bagi lingkungan karena pestisida kimia mampu menyebabkan OPT menjadi kebal dan juga mampu memberikan efek keracunan pada manusia. Oleh karena itu, pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan secara alam, salah satu caranya dengan menggunakan agensi hayati

Apa itu Agensi Hayati ?

Agen Hayati, Agensia Hayati atau Agensi Hayati adalah setiap makhluk hidup yang dalam tahap kehidupannya bisa dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau OPT dalam proses produksi, pengelolaan hasil pertanian keperluan lainnya[1]. secara singkat nya, agensi hayati ini adalah makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. Buku-buku pertanian kadang menyebut agensi hayati dengan Agensia Pengendali Hayati (APH).

Koleksi Agensi Hayati - Pak Vahemas

Sedangkan penggunaan agensi hayati sebagai pengendali hama dan penyakit disebut Pengendalian Hayati, yaitu pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) oleh musuh alami atau agensi pengendali hayati[1].

Macam Agensi Hayati

Jumlah agensi hayati di alam sangatlah banyak dan dalam berbagai macam jenis, terdapat 3 macam pengelompokan agensi hayati yaitu Parasitoid, Predator, dan Entomopatogen. Parasitoid adalah binatang yang hidup di atas atau di dalam tubuh binatang lain yang lebih besar sebagai inangnya, terdapat contoh seperti Tawon pinggang ramping,  Campsomeris sp., Trichogramma sp., Charops sp., Tetrastichus schoenobii, Diadegma semiclausum, dan lain-lain. Predator adalah organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh atau memangsa binatang lainnya, terdapat contoh seperti burung hantu, belalang sembah, Reduviidae, capung, dan lain-lain.

 Entomopatogen adalah mikroorganisme (mikroba) seperti Jamur, Bakteri, Virus, Nematoda yang menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit pada Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Adapun contoh dari Entomopatogen ini adalah Beauveria bassiana, Metarhizium sp., Trichoderma sp., Pseudomonas fluorescens, dan lain-lain.  

Mekanisme Pengendalian

Tawon Perut Ramping - Wikipedia

Seperti pengertianya, Parasitoid memarasit inang yang merupakan hama serangga yang umumnya masih berbentuk larva atau ulat. Induk parasitoid meletakkan telur pada permukaan kulit inang atau dengan tusukan ovipositornya, bagian tubuh serangga untuk meletakkan telur, telur langsung dimasukkan dalam tubuh inang. Larva yang keluar dari telur akan menghisap cairan dari inangnya dan menyebabkan inang mati. Predator melakukan pengendalian seperti yang dijelaskan pada definisi, yaitu dengan cara memangsa dan membunuh mangsanya secara langsung. sedangkan Entomopatogen melakukan mekanisme pengendalian dengan berbagai cara yaitu dengan mikoparasit, kompetisi, lisis, dan antibiosis[2].

Proses Mendapatkan Agensi Hayati

Terdapat 3 cara untuk mendapatkan agensi hayati yaitu melalui Introduksi, Konservasi, dan Augmentasi. Introduksi sendiri adalah memindahkan atau mendatangkan musuh alami dari satu daerah ke daerah baru, sebagai contoh pada predator burung hantu, yang mana para petani menggunakan rumah burung hantu (Rubuha) untuk mendatangkan burung hantu ke lahan persawahan mereka.

Konservasi adalah upaya untuk memelihara dan meningkatkan keefektifan musuh alami yang telah ada di daerah tersebut. Contoh konservasi yang paling sering dilakukan adalah menanam tanaman refugia, karena mampu mendatangkan dan menjadi rumah agensi hayati terutama parasitoid dan serangga predator karena keberadaan sumber makanan.

Refugia Tidak Membunuh Hama

Augmentasi adalah menambah jumlah agensi hayati dengan cara pelepasan ke lapang dengan tujuan untuk lebih meningkatkan peranannya dalam menekan populasi OPT. Augmentasi sendiri dibagi menjadi 5 yaitu inokulasi, inundasi, eksplorasi, isolasi dan formulasi. Inokulasi dan inundasi adalah penambahan agensi hayati, kalau inokulasi penambahan secara sedikit dan inundasi penambahan secara banyak.

Vahemas Aditya Pamila Putra atau sering dipanggil dengan nama Pak Vahemas merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang melakukan eksplorasi, isolasi dan formulasi. Eksplorasi adalah kegiatan mengumpulkan calon agensi hayati pada tempat tertentu, Pak Vahemas melakukan kegiatan eksplorasi ini berdasarkan literatur dan buku sebagai contoh untuk menemukan agensi hayati jamur Trichoderma sp., dilakukan eksplorasi pada tanah subur yang mengandung bahan organik dengan lingkungan lembab atau tidak terkena sinar matahari secara langsung[3] sehingga Pak Vahemas melakukan eksplorasi Trichoderma sp. pada tanah sekitar tanaman bambu karena sesuai dengan habitat Trichoderma sp.

Nasi untuk Eksplorasi - Vahemas Aditya Pamila Putra

Pak Vahemas melakukan eksplorasi Trichoderma sp. dengan cara memasukkan nasi setengah matang atau menggunakan nasi sisa dengan catatan sudah disterilisasi melalui proses pengukusan agar terhindar dari kontaminasi. Tahap Pertama, nasi yang sudah siap dimasukkan dalam plastik beserta tanah atau sampel yang diduga mengandung koloni Trichoderma sp.

Nasi tersebut tidak hanya ditumbuhi oleh jamur Trichoderma sp. melain berbagai jamur akan tumbuh disitu. Kemudian pada tahap kedua, diambil koloni jamur yang diduga jamur Trichoderma sp. dan ditumbuhkan pada media nasi seperti sebelum nya, dengan catatan tidak menggunakan sampel tanam tetapi menggunakan koloni jamur yang diduga jamur Trichoderma sp.

Untuk memastikan benar  jamur Trichoderma sp. maka pada tahap ketiga, jamur Trichoderma sp. yang tumbuh pada tahap kedua diambil sedikit dan mengambil sedikit jamur oncom, kemudian diletakkan pada media nasi. ketika jamur oncom ini pertumbuhanya lambat atau bahkan dijadikan sebagai media tumbuh jamur hijau yg diduga Trichoderma maka hasil pemancingan berhasil, hal ini menunjukkan bahwa Trichoderma sp. mampu berperan sebagai biofungisida karena menghambat jamur oncom.

Pembuatan Isolat - Vahemas Aditya Pamila Putra

Setelah proses eksplorasi selesai dilakukan maka dilanjutkan dengan proses isolasi. isolasi secara pengertian adalah pemisahan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya dari berbagai macam campuran mikroba dengan tujuan untuk mendapatkan biakan murni[4]. Cara nya dengan mengambil sedikit bagian dari jamur Trichoderma sp. kemudian memasukkan dalam tabung reaksi yang sudah diisi dengan media pertumbuhan yang dikenal dengan nama PDA (Potato Dextrose Agar).

Isolat Trichoderma sp. - Vahemas Aditya Pamila Putra

Agar mudah digunakan oleh petani, hasil isolasi atau bisa disebut dengan isolat akan di formulasikan. Formulasi adalah sebuah cara agar agensi hayati lebih mudah digunakan, bentuk formulasi yang umum dibuat adalah cair, emulsi, butiran, dan tepung[1]. Sebagai contoh Produk B-Prova milik Pak Vahemas berikut. Isolat Trichoderma sp. dikemas dalam bentuk cair agar lebih mudah digunakan dan dikembangkan, menurut Pak Vahemas, 1 kemasan ukuran 100 ml dapat diperbanyak maksimal 10 L yang artinya 1 kemasan dapat digunakan berulang kali.

Isolat Trichoderma Media Cair - Bprova

Kelebihan dan Kekurangan Agensi Hayati

Kelebihan penggunaan agensi hayati sebagai pengendali OPT antara lain[5], 1) selektivitas yang tinggi dan tidak menimbulkan hama baru; 2) organisme yang digunakan sudah ada di alam dan hanya perlu eksplorasi dan pengembangan; 3) organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan hama sendiri; 4) organisme yang digunakan dapat berkembangbiak dan menyebar dengan sendirinya; 5) hama tidak menjadi resisten atau kalau ada sangat lambat; 6) pengendalian dapat berjalan dengan sendirinya; dan 7) tidak ada pengaruh samping yang buruk seperti pada penggunaan pestisida.

Sedangkan kekurangan dari penggunaan agensi hayati sebagai pengendali OPT antara lain: 1) pengendalian berjalan lambat; 2) hasilnya tidak dapat diramalkan; 3) lebih sulit untuk pengembangan dan penggunaannya.

Kesimpulan

Agensi hayati adalah makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian hama penyakit tanaman dan dikelompokkan dalam beberapa kelompok berdasarkan mekanisme pengendalian seperti kelompok parasitoid, predator, dan Entomopatogen. Cara mendapatkan pun bermacam-macam sesuai dengan kelompok agensi hayati, terdapat introduksi, konservasi, augmentasi, dan augmentasi sendiri dibagi menjadi inokulasi, inundasi, eksplorasi, isolasi dan formulasi. Penggunaan agensi hayati ini pun memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan utama dari penggunaan agensi hayati adalah tidak memiliki efek samping seperti pestisida kimia dan kekurangan utama dari penggunaan agensi hayati adalah pengendalian yang berjalan lambat.

Konsultasi pertanian gratis melalui Whatsapp, klik gambar

Sumber : [1] [2] [3] [4] [5]

Narsum : Vahemas Aditya Pamila Putra

Ditulis Oleh : Mirza Saputra

DotyCat - Teaching is Our Passion