Kelola Sampah Rumah Tangga dengan Ember Tumpuk
Sampah menjadi masalah karena tidak adanya kesadaran dalam diri masyarakat untuk melakukan pengelolaan terhadap sampah. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), menunjukkan bahwa pada tahun 2021 terdapat 26 juta ton timbulan sampah per tahun dengan persentase sampah yang telah dikelola sebesar 17 juta atau 63.85% dan persentase sampah yang tidak terkelola sebesar 9 juta atau 36.15%. Apabila dilihat dari komposisi sampah berdasarkan sumber sampah, maka sumber sampah terbesar dihasilkan oleh rumah tangga dengan persentase sebesar 40.9% dan berdasarkan jenis sampah, didapatkan sampah sisa makanan adalah jenis sampah yang memiliki persentase terbesar yaitu 29.94%.
Sampah - Tom Fisk |
Tingginya persentase sampah pada tingkat rumah tangga diakibatkan produksi
sampah organik maupun anorganik yang terjadi setiap hari dan terus menerus
tanpa henti. Selain itu, dapat diakibatkan sarana dan prasarana yang tidak
mencukupi untuk menunjang seluruh sampah rumah tangga. Masyarakat telah
membuang sampah di tempat pembuangan sampah, tetapi petugas layanan
pemungutan sampah terbatas sehingga sampah rumah tangga banyak yang tercecer
tidak terurus[1].
Komposisi sampah rumah tangga yang didominasi sampah organik sebesar
58%[2], sampah organik merupakan sampah yang murah busuk seperti
sisa sayuran, sisa bumbu dapur, sisa makanan/minuman, dan
lainnya[1]. Sampah organik yang tidak terkelola dengan baik akan
menimbulkan aroma busuk dan berdampak lingkungan yang tidak sehat, sehingga
diperlukan tindakan pengelolaan tingkat rumah tangga.
Bentuk pengelolaan sampah tingkat rumah tangga sederhana yang mudah diaplikasikan adalah metode ember tumpuk. Ember tumpuk adalah salah satu metode pengomposan sampah organik dengan menyatukan 2 buah ember secara bertingkat, yang mana metode ini cocok digunakan pada tingkat rumah tangga karena tidak membutuhkan biaya besar, bisa menggunakan/ memanfaatkan ember bekas cat, cara pembuatannya tidak rumit, tidak membutuhkan ruang yang besar[3].
Spesifikasi ember tumpuk terdiri dari 4 bagian[3] yaitu penutup dan pengunci ember, ember bagian atas, ember bagian bawah, dan kran. 1) Penutup dan pengunci ember memiliki fungsi agar udara bebas tidak bisa masuk kedalam ember, yang dapat menghambat proses fermentasi; 2) ember bagian atas sebagai tempat pengomposan, pada ember bagian atas ini bagian bawahnya akan dilubangi; 3) ember bagian bawah berfungsi menampung air lindi hasil pengomposan; 4) kran berfungsi untuk mengalirkan air lindi.
Ember Tumpuk - Dokumentasi Pribadi |
Ember
tumpuk memiliki 2 fungsi secara bersamaan, yaitu tempat sampah dan tempat
pengomposan. Fungsi tempat sampah dari ember tumpuk dapat dilihat dari
sampah organik rumah tangga yang dimasukkan secara berkala ke dalam ember
tumpuk, apa adanya, tidak perlu di potong-potong atau dicuci sedangkan
sebagai fungsi pengomposan dari ember tumpuk menyebabkan Suasana panas dan
lembab di dalam ember membuat mikroba bawaan dari sampah rumah tangga akan
cepat berkembang[1].
Sampah organik rumah tangga dimasukkan ke dalam ember bagian atas secara berkala dan kemudian ember tumpuk di tutup. Sampah organik tersebut akan menghasilkan lindi dan terkumpul di ember bawah, lindi yang dihasilkan dibiarkan saja di dalam ember bawah selama kurang lebih satu bulan.
Air Lindi - Dokumentasi Pribadi |
Proses dilanjutkan dengan pematangan lindi
menjadi pupuk organik cair (POC), pematangan dilakukan dengan memasukkan
lindi ke dalam botol dengan volume setengah botol melalui kran,
posisikan tutup botol dalam keadaan kendor dan kemudian jemur di terik
matahari sampai warna berubah menjadi hitam coklat dan aroma lembut di
hidung[1].
Sampah
organik yang mengalami pengomposan dapat juga digunakan sebagai pupuk
organik padat (POP). POP dapat digunakan gunakan secara langsung serta dapat
digunakan sebagai sumber mikroba perombak untuk pengomposan bahan yang lain
seperti kotoran kandang ternak atau dedaunan[1].
Pupuk Organik Padat - Dokumentasi Pribadi |
Ember
tumpuk ini akan mengundang datang nya lalat, terutama BSF atau Black Soldier
Fly atau Lalat Tentara Hitam. Lalat BSF akan bertelur pada ember tumpuk,
kemudian telur akan jatuh ke dalam ember dan menetas menjadi larva yang
dikenal sebagai maggot. Maggot disini berperan positif, mereka akan membantu
pengomposan sampah organik. Maggot akan mati dengan sendirinya apabila sudah
mencapai usia atau ketika sudah tidak ada sampah organik.
Ember tumpuk merupakan bentuk pengelolaan sampah terutama organik pada tingkat rumah tangga. Aplikasi yang mudah serta murah, membuat metode ini cocok untuk diterapkan pada tingkat rumah tangga. Untuk menghindari aroma busuk, disarankan agar meletakkan ember tumpuk agak jauh dari pusat rumah dan tidak meletakkan ember tumpuk didalam rumah.
Ditulis Oleh : Mirza Saputra
Posting Komentar