Membasmi Hama hanya Menyelesaikan Masalah dengan Masalah

            Hama menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pertanian, apabila berbicara mengenai tata cara budidaya tanaman maka akan menyinggung perihal hama. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama telah menjadi elemen dari budidaya pertanian sejak manusia memulai pertanian ribuan tahun yang lalu.

            Pendayagunaan ekosistem pertanian yang dilakukan manusia tidak berjalan mulus, melewati banyak hambatan dan kendala, salah satunya adalah binatang pesaing atau hama. Ada tendensi bahwa semakin intensif manusia mengusahakan peningkatan produksi pertanian, gangguan binatang  akan semakin meningkat. Oleh karena itu, binatang pesaing yang merusak tanaman dikategorikan sebagai musuh manusia atau hama dan harus diberantas.

Burung Pipit - Capri23auto ( Pixabay )

            Pemikiran bahwa hama pertanian harus diberantas sebenarnya adalah hasil pemikiran yang normal dengan logika “ apabila hama diberantas maka hama tidak ada, dan tanaman berproduksi maksimal “. Akan tetapi, perlu di ingat juga bahwa hama juga bagian dari ekosistem pertanian, yang mana masalah hama bukan lah tercipta oleh alam tetapi karena kepentingan manusia.

Baca Juga : Asal Muasal Hama

Apabila hama diberantas maka keseimbangan dalam ekosistem tersebut akan terganggu. Keseimbangan dalam ekosistem yang terganggu salah satu nya adalah jaring - jaring makanan. Pembasmian hama yang mana hama adalah bagian dari jaring - jaring makanan akan merusak hubungan tersebut dan dapat berdampak pula pada manusia.

Kampaye Empat Hama - Chineseposters.net

Contoh yang paling sering diceritakan adalah kisah burung pipit dan Mao Zedong. Mao Zedong pada saat itu adalah pemimpin republik rakyat tiongkok mengkampanyekan kampanye empat hama pada 1958, dengan memiliki tujuan untuk membasmi empat hama yang dianggap akan mengganggu jalannya program pembangunan yang diadakan Tiongkok. Hama tersebut meliputi nyamuk, lalat, tikus, dan burung gereja[1] .

Terutama burung gereja atau burung pipit. Mao Zedong memerintahkan untuk membasmi burung pipit karena memakan biji - bijian hasil pertanian. Mao Zedong berpikiran bahwa jika burung pipit dimusnahkan maka hasil panen akan baik dan rakyat tidak akan kelaparan[2] .

Mao Zedong sangat serius mengenai pembasmian burung pipit ini, mulai membuat iklan propaganda yang berisi “ membunuh burung pipit akan mendapat hadiah dari pemerintah “[2] , pembasmian pun tidak hanya dilakukan dengan menembaki burung pipit tetapi sampai menghancurkan sarang dan telur[3] .

Bukan hasil panen melimpah yang didapat melainkan kelaparan yang luar biasa. Setelah pembasmian burung pipit, terjadi ledakan populasi serangga, khususnya belalang, karena tidak ada burung yang bisa mengendalikan[4] . Belalang dan serangga lain nya menghancurkan tanaman yang mana kondisinya jauh lebih buruk ketimbang burung pipit masih ada. Oleh karena itu, produksi beras dan gandung menurun menyebabkan kelaparan yang luar biasa[4] .

Puluhan juta rakyat tiongkok meninggal akibat kelaparan yang terjadi. Akibat kelaparan yang tidak tertahankan, manusia semakin tidak manusiawi. Catatan pemerintah melaporkan bahwa orang - orang mulai makan sesamanya, manusia memakan daging manusia lain nya dari tubuh mayat, orang tua memakan anak nya dan anak memakan orang tuanya[4] .

Niat awalnya ingin memberantas hama agar tanaman menghasilkan panen yang melimpah, namun yang terjadi adalah bencana kelaparan yang mengerikan akibat serangan hama lain. Disebutkan bahwa kondisi sebelum pemberantasan burung pipit jauh lebih baik ketimbang setelah pemberantasan burung pipit.

Jaring - Jaring Makanan - Brgfx ( Freepik )

Belalang yang kehilangan burung pipit sebagai musuh alami nya, karena itu belalang merasa bebas dan perkembangan nya tidak terkendali, lalu terjadi ledakan hama belalang yang menyebabkan tanaman habis dan tidak menghasilkan hasil panen sama sekali.

Kisah Mao Zedong menjadi pembelajaran bahwa membasmi hama bukan cara yang tepat karena akan mengganggu ekosistem. Manusia terlalu jumawa sehingga mencoba mengendalikan alam padahal manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengatur alam, seharusnya manusia mengikuti alur yang terjadi di alam agar terjadi keseimbangan. Banyak cara yang bisa dilakukan manusia untuk mengikuti alam dalam konteks pertanian, seperti menerapkan Agroekologi, Pertanian Organik, Pertanian Berkelanjutan, ZBNF ( Zero Budget Natural Farming ), Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).

Jadi membasmi hama bukan solusi untuk menyelesaikan masalah hama, malahan menjadikan masalah baru. Karena hama bagian dari ekosistem maka perlu dikendalikan dan dikelola agar jumlah maupun tingkat hama menjadi rendah sehingga tidak menyebabkan kerugian ekonomi bagi pertanian.

Ditulis Oleh : Mirza Saputra

Sumber : [1] [2] [3] [4]

DotyCat - Teaching is Our Passion